Let's start it ...
PPOK adalah penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial.
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
Bronkitis kronis adalah kelainan saluran napas yang ditandai dengan batuk lama (kronik) yang berdahak dan lamanya adalah minimal 3 bulan dalam setahun dan sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut serta tidak disebabkan oleh penyakit lainnya.
Sedangkan emfisema sendiri adalah kelainan paru yang bersifat anatomis yang ditandai dengan adanya pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal (bagian dari paru) dan juga disertai dengan kerusakan dinding alveoli.Faktor – faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit ini di Indonesia adalah :
- Kebiasaan merokok yang tinggi
- Pertambahan penduduk yang kian tinggi
- Industrialisasi
- Polusi udara
- Akibat dari penyakit lain seperti tuberculosis paru, hiperaktifitas bronkus, riwayat infeksi saluran nafas bawah berulang serta defisiensi antitripsin alfa 1 (jarang ada di Indonesia)
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan jenis dan tanda inflasi paru.
Diagnosa
Ditegakan berdasarkan :
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Adanya factor predisposisi pada masa bayi/anak (misalnya berat badan lahir rendah, infeksi saluran nafas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara)
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu dan ekspirasi memanjang. Terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan CO2 yang tertahan di paru dan biasanya terjadi pada gagal nafas kronik), Barrel chest (diameter dada antero posterior sebanding dengan transversal), penggunaan otot bantu nafas, pelebaran sela iga, terlihat gambaran denyut vena jugularis leher dan oedema tungkai (bila telah terjadi gagal jantung), penampilan pink puffer (gambaran khas pada emfisema dimana penderita terlihat kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed-lips breathing) atau blue bloater (gambaran khas pada bronchitis kronik dimana penderita gemuk sianosis, terdapat oedema tungkai dan ronki basah di basal paru serta sianosis sentral dan perifer)
- Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah dan sela iga melebar
- Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah dan hepar (liver) terdorong ke bawah
- Auskultasi
Suara nafas bisa vesikuler normal ataupun melemah, terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernafas biasa ataupun pada ekspirasi paksa, ekspirasi memanjang, bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan penunjang rutin
- Pemeriksaan rutin paru
Ada 2 macam pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu spirometri dan uji bronkodilator.
- Darah rutin
- Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
Pada emfisema terlihat gambaran hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar, diafragma mendatar serta jantung menggantung.
Pada bronchitis kronik gambaran bisa terlihat normal ataupun corakan bronkovaskuler bertambah.
Pemeriksaan penunjang khusus (tidak rutin)
- Faal paru
- Uji latih kardiopulmonar
- Uji provokasi bronkus
- Uji coba kortikosteroid (pada penyakit paru obstruksi kronis, setelah pemberian kortikosteroid maka tidak terjadi perubahan apapun dalam hal perbaikan)
- Analisa gas darah
- Radiologi
- Eelektrokardiografi (EKG) (untuk mengetahui apakah telah terjadi komplikasi ke jantung atau belum)
- Echocardiography (untuk menilai fungsi jantung)
- Bakteriologi (untuk mengetahui resistensi bakteri serta berperan dalam hal pemberian antibiotik yang sesuai dengan bakteri yang ada)
- Kadar alfa 1 antitripsin
Diagnosis banding
- Asma
- SOPT (Sindroma Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
- Pneumotoraks
- Gagal jantung kronik
- Penyakit paru dengan obstruksi saluran nafas lain (misalnya bronkiektasis)
Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru serta meningkatkan kualitas hidup penderita.
Secara umum meliputi :
- Edukasi
Inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktifitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Edukasi diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang pada setiap kunjungan untuk kontrol baik di puskesmas atau rumah sakit, untuk penderita sendiri ataupun keluarganya.
Secara umum edukasi yang diberikan adalah mengenai pengetahuan mengenai PPOK, obat-obatan yang digunakan (manfaat dan efek samping), cara mencegah perburukan pernyakit serta komplikasi, menghindari pencetus serta penyesuaian aktifitas.
- Obat-obatan
Golongan obat-obatan yang digunakan adalah bronkodilator, antiinflamasi, antibiotika, antioksidan, mukolitik, antitusif.
- Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel tubuh
- Ventilasi mekanik
Digunakan pada eksaserbasi dengan gagal nafas akut, gagal nafas akut pada gagal nafas kronik atau pada penderita PPOK derajat berat dengan gagal nafas kronis
- Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada penderita PPOK kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni yang menyebabkan hipermetabolisme. Diperlukan keseimbangan nutrisi antara kalori yang masuk dengan yang dibutuhkan. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat
- Rehabilitasi
Bertujuan untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualitas hidup penderita
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal nafas, infeksi berulang dan cor pulmonal
Pencegahan
Hindari asap rokok, polusi udara dan hindari infeksi saluran nafas berulang.
Mencegah perburukan dengan berhenti merokok, menggunakan obat-obatan yang adekuat serta mencegah eksaserbasi berulang
0 comments:
Post a Comment